KATA
PENGANTAR
Dengan
mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, Maka Perkembangan Peserta Didik ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tujuan penulisan tugas ini adalah guna
membantu kelancaran pembelajaran
khususnya untuk Mata Kuliah Perkembangan Peserta Didik di
Jurusan PGSD Universitas Muria Kudus.
Dalam tugas Perkembanagan
Peserta Didik ini memuat materi tentang Perkembangan Sosial Peserta Didik Usia SD (kelas Rendah).
Penulis
mengakui masih banyak kekurangan disana-sini dalam penulisan tugas ini. Masih
banyak yang harus diperbaiki dan disempurnakan lagi. Untuk itu, penulis tetap
mengharapkan beragam saran, masukan, maupun kritik yang membangun dari para pembaca. Demikian harapan dari penulis, semoga karya
ini bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Demi kelancaran dan terlaksananya proses pembelajaran yang lebih baik.
Kudus,
24 Oktober 2016
Tim
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 3
A. Latar
Belakang................................................................................................................. 3
B. Rumusan
Masalah............................................................................................................ 4
C. Tujuan
Penelitian.............................................................................................................. 4
BAB
II PEMBAHASAN............................................................................................................ 5
A.
Pengertian
Perkembangan Sosial..................................................................................... 5
B.
Faktor-Faktor Yang Memepengaruhi............................................................................... 6
C.
Aspek-Aspek Yang Memepengaruhi............................................................................... 8
D.
Ciri-Ciri Yang Memepengaruhi........................................................................................ 9
E.
Peran Guru Dalam Menstimulasi Perkembangan............................................................ 9
BAB
III PENUTUP................................................................................................................... 12
A. Kesimpulan..................................................................................................................... 12
B. Saran............................................................................................................................... 13
Daftar
Pustaka............................................................................................................................ 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Suatu perubahan kehidupan yang cukup esensial pada
anak usia SD adalah semakin meluasnya lingkungan pergaulan. Sejak memasuki
lembaga pendidikan pra-sekolah atau taman kanak-kanak, anak memperoleh
perluasan yang sangat berarti dalam jangkauan interaksi sosialnya. Kalau semula
ia hanya bergaul dengan lingkungan keluarga dan teman sebaya yang ada di
sekitar rumahnya maka sekarang ia mulai mengenal guru dan teman-tema sekelasnya..
Semakin luas dan kompleksnya lingkungan pergaulan anak
tersebut adalah suatu proses kehidupan yang wajar dalam arti merupakan suatu
tugas perkembangan yang secara normal perlu dijalani oleh anak. Bukan hanya
tuntutan lingkungan yang membuat anak berperilaku seperti itu, tetapi perkembangan internal pribadi
anak sendiri sendiri juga mendorongnya untuk semakin memperluas lingkup
pergaulannya.Secara internal, dalam diri anak juga terjadi perubahan-perubahan
yang mendorongnya untuk lebih interest terhadap interaksi pertemanan dan
pergaulan sosial yang lebih luas.Dikuasaina berbagi perangkat keterampilan
fisik dan bahasa serta semaki berkurangnya ketergantungan kepada pihak orang
tua.Mendorong anak untuk memperluas lingkup interaksi sosialnya.Begitu pula,
pengalamna-pengalaman menyenangkan yang didapat dari hubunga teman sebaya
semain menumbuhkan minat anak utuk memperluas lingkungan pergaulannya.
Sesuai
dengan kekhasan perkembangan sosial dan pribadi anak di atas, ada beberapa
aspek esensial yang perlu dipahami oleh calon guru SD, yakni berkenaan dengan
perkembangan emosi, hubungan pertemanan, dan perkembangan identitas diri (self
identity). Pemahaman tentang aspek perkembangan anak tersebut diharapkan dapat
membantu dalam merancang suasana lingkungan belajar yang kondusif bagi
perkembangan sosial-pribadi anak.
Manfaat
lain yang dapat diperoleh dengan memahami perkembangan sosial-pribadi anak
adalah memberikan landasan konseptual dalam menentukan alternatif perlakuan pendidikan
terhadap anak didik yang sesuai dengan perkembangannya. Dengan demikian, guru
diharapkan akan bisa menjadi fasilitator perkembangan sosial-pribadi anak.
B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis merumuskan
beberapa masalah yang berkaitan dengan perkembangan sosial dan konsep
kemandirian, yakni:
1. Apakah makna dari
perkembangan sosial?
2. Apa saja faktor-faktor
yang memepengaruhi perkembangan sosial anak SD?
3. Apa saja aspek-aspek
yang mempengaruhi perkembanagan social anak SD?
4. Apa ciri-ciri yang
mempengaruhi perkembanagn sosial anak SD?
5. Bagaimana peran guru
dalam menstimulasi perkembanagan anak didiknya?
C. Tujuan
Penelitian
1.
Untuk memenuhi tugas Perkembangan
Peserta Didik.
2.
Untuk mengetahui lebih jelas tentang
perkembangan sosial anak SD kelas rendah.
.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Perkembangan Sosial
Samsu Yusuf (Budiamin dkk,
2000:132) menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian
kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan
sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok,
moral dan tradisi ; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling
berkomunikasi dan kerja sama.
Pada awal manusia dilahirkan
belum bersifat sosial, dalam artian belum memiliki kemampuan dalam berinteraksi
dengan orang lain. Kemampuan sosial anak diperoleh dari berbagai kesempatan dan
pengalaman bergaul dengan orang-orang dilingkungannya.
Perkembanan juga dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan kontinyu dalam diri individu dari mulai akhir sampai mati”. Pengertian lain dari perkembangan adalah perubahan-perubahan
yang dialami setiap individu atau organisme menuju kedewasaan atau kematanagan
yang berlangsung secara sistematis, progresif dan berkesinambungan, baik
menyangkut fisik maupun psikis.
Kebutuhan berinteraksi dengan
orang lain telah dirasakan sejak usia enam bulan, disaat itu mereka telah mampu
mengenal manusia lain, terutama ibu dan anggota keluarganya. Anak mulai mampu
membedakan arti senyum dan perilaku sosial lain, seperti marah (tidak senang
mendengar suara keras) dan kasih sayang. Sueann Robinson Ambron (Budiamin dkk,
2000:132) menyatakan bahwa sosialisasi itu sebagai proses
belajar yang membimbing anak ke arah perkembangan kepribadian sosial sehingga
dapat menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan efektif. Hubungan
sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan
yang sederhana.Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi
kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial juga berkembang amat
kompleks.
Dari kutipan diatas dapat
dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak maka semakin
kompleks perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin
membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk
sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan
manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrati yang dimiliki
oleh manusia.
B.
Faktor yang
Mempengaruhi Perkembangan Sosial Anak
Menurut Sunarto dan Hartono
(2006:130-132) mengatakan bahwa perkembangan sosial manusia dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
A. Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan
pertama yang memberikan pengaruh terhadap beberapa aspek perkembangan anak,
termasuk perkembangan sosialnya. Kondisi dan tata cara kehidupan keluarga
merupakan lingkungan yang kondusif bagi sosialisasi anak. Di dalam keluarga
berlaku norma-norma kehidupan keluarga, dan dengan demikian pada dasarnya
keluarga merekayasa perilaku kehidupan budaya anak.
Proses pendidikan yang
bertujuan mengembangkan kepribadian anak lebih banyak ditentukan oleh keluarga.
Pola pergaulan dan bagaimana norma dalam menempatkan diri terhadap lingkungan
yang lebih luas ditetapkan danm diarahkan oleh keluarga.
B. Kematangan
Bersosialisasi memerlukan
kematangan fisik dan psikis. Untuk manpu mempertimbangkan dalam proses sosial,
memberi dan menerima pendapat orang lain, memerlukan kematangan intelektual dan
emosional. Di samping itu, kemampuan berbahasa ikut
pula menentukan.Dengan demikian, untuk mampu bersosialisasi dengan baik
diperlukan kematangan fisik sehingga setiap orang fisiknya telah mampu
menjalankan fungsinya dengan baik.
C. Status Sosial
Ekonomi
Kehidupan sosial
banyak dipengaruhi oleh kondisi atau status kehidupan sosial keluarga dalam
lingkungan masyarakat. Masyarakat akan memandang anak, bukan sebagai anak yang
independen, akan tetapi akan dipandang dalam konteksnya yang utuh dalam
keluarga anak itu. “ia anak siapa”. Secara tidak langsung dalam pergaulan
sosial anak, masyarakat dan kelompoknya dan memperhitungkan norma yang berlaku
di dalam keluarganya.
D. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang
terarah. Hakikat pendidikan sebagai proses pengoperasian ilmu yang normatif,
akan memberikan warna kehidupan sosial anak di dalam masyarakat dan kehidupan
mereka di masa yang akan datang. Pendidikan dalam arti luas harus diartikan
bahwa perkembangan anak dipengaruhi oleh kehidupan keluarga, masyarakat, dan
kelembagaan. Penanaman norma perilaku yang benar secara sengaja diberikan
kepada peserta didik yang belajar di kelembagaan pendidikan (sekolah).
Peserta didik
bukan saja dikenalkan kepada norma-norma lingkungan dekat, tetapi dikenalkan
kepada norma kehidupan bangsa (nasional) dan norma kehidupan antarbangsa. Etik
pergaulan membentuk perilaku kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
E. Kapasitas Mental,
Emosi, dan Intelegensi
Kemampuan berpikir
banyak mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah,
dan berbahasa. Anak yang berkemampuan intelektual tinggi akan berkemampuan
berbahasa secara baik. Oleh karena itu kemampuan intelektual tinggi, kemampuan
berbahasa baik, dan pengendalian emosional secara seimbang sangat menentukan
keberhasilan dalam perkembangan sosial anak.
Sikap saling
pengertian dan kemampuan memahami orang lain merupakan modal utama dalam
kehidupan sosial dan hal ini akan dengan mudah dicapai oleh remaja yang
berkemampuan intelektual tinggi.
Pada kasus
tertentu seorang jenius atau superior sukar untuk bergaul dengan kelompok
sebaya, karena pemahaman mereka telah setingkat dengan kelompok umur yang lebih
tinggi.Sebaliknya kelompok umur yang lebih tinggi (dewasa) tepat “menganggap”
dan “memperlakukan” mereka sebagai anak-anak.
C. Aspek-aspek perkembangan sosial
Proses sosialisasi merupakan proses
penyesuaian diri terhadap lingkungan kehidupan sosial, bagaimana seharusnya
seseorang hidup di dalam kelompoknya baik kelompok kecil maupun kelompok
masyarakat luas. Interaksi seseorang dengan manusia lain diawali sejak saat
bayi lahir dengan cara yang sederhana. Sepanjang kehidupannya pola aktivitas
sosial anak mulai terbentuk dan mulai berkembang.
b.
Pola pertemanan
Akhir masa anak-anak sering pula
disebut sebagai usia berkelompok karena pada masi ini ciri pola pertemanan
mereka yang menonjol ditandai dengan minat besar terhadap aktivitas dengan
teman-teman sebaya dan mningkatnya keinginan untuk diterima sebagai anggota
kelompok. Sehinngga mereka mulai membentuk suatu geng atau kelompok bermain
yang tentunya berbeda dengan geng-geng pada masa remaja.
Ciri-ciri geng pada saat usia kelas rendah, antara lain :
- Geng anak-anak merupakan kelompok yang mempunyai minat bermain yang sama
- Anggota geng pada umumnya terdiri dari kelompok jenis kelamin yang sama
- Anggota geng senang menggunakan atribut yang sama, dll.
c.
Penyesuaian diri
Dalam kehidupan pertemanan,
pembentukan hubungan yang erat diantara kawan-kawan semakin penting pada masa
anak-anak.. Suatu hal yang sulit bagi anak-anak menjauh dari temannya, individu
mencurahkan kepada teman-temannya apa yang tersimpan di dalam hatinya, dari
angan-angan, pemikiran dan perasaan. Ia mengungkapkan kepada mereka secara
bebas tentang rencananya, cita-citanya dan dorongan-dorongannya. Dalam semua
itu individu menemukan telinga yang mau mendengarkan apa yang dikatakannya dan hati
yang terbuka untuk bersatu dengannya.
Dengan demikian pengertian yang diterima dari temannya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.
Dengan demikian pengertian yang diterima dari temannya akan membantu dirinya dalam penerimaan terhadap keadaan dirinya sendiri, ini sangat membantu diri individu dalam memahami pola-pola dan ciri-ciri yang menjadikan dirinya berbeda dari orang lain. Semakin mengerti ia akan dirinya maka individu akan semakin meningkat kebutuhannya untuk berusaha untuk menerima dirinya dan mengetahui kekuatan dan kelemahannya. Dengan demikian ia akan menemukan cara penyesuaian diri yang tepat sessuai dengan potensi yang dimilikinya.
D.
Masa-masa kelas rendah siswa memiliki ciri-ciri khas
sebagai berikut :
1. Adanya
korelasi positif yang tinggi antara keadaan kesehatan pertumbuhan jasmani
dengan prestasi sekolah
2. Adanya sikap
yang cenderung untuk memenuhi peraturan-peraturan permainan yang tradisional
3. Adanya
kecenderungan memuji diri sendiri
4. Suka
membanding-bandingkan dirinya dengan anak lain,kalau hal itu dirasanya
menguntungkan untuk meremehkan anak lain
5. Kalau tidak
dapat menyelesaikan sesuatu soal, maka soal itu dianggapnya tidak penting
6. Pada masa
ini (terutama pada umur 6,0-8,0) anak menghendaki nilai (angka rapor) yang baik
tanpa mengingat apakah prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak
7. Hal-hal yang
bersifat konkret lebih mudah dipahami ketimbang yang abstrak
8. Kehidupan
adalah bermain. Bermain bagi anak usia ini adalah sesuai yang dibutuhkan dan
dianggap serius. Bahkan anak tidak dapat membedakan secara jelas perbedaan
bermain dengan bekerja
9. Kemampuan
mengingat (memory) dan berbahasa berkembang sangat cepat dan mengagumkan.
E.
Peran Guru Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Sosial Anak SD Kelas
Rendah.
Bimbingan sosial diarahkan kepada
upaya membantu peserta didik mengembangkan keterampilan sosial atau
keterampilan berinteraksi di dalam kelompok. Menurut Shertzer dan Stone (1971)
mengartikan bimbingan sebagai process of helping an individual to understand
hmself and hisworld, ang bermakna bahwa bimbingan merupakan pemberian bantuan
kepada individu agaar mampu memahami diri dan lingkungannya. Keterampilan
sosial adalah kecakapan berinteraksi dengan orang lain, dan cara-cara yang
digunakan dalam berinteraksi tersebut sesuai dengan aturan dan tujuan dalam
konteks kehidupan tertentu. Dalam kehidupan peserta didik (anak sekolah)
kecakapan tersebut adalah kecakapan interaksi dengan kelompok teman sebaya atau
orang dewasa.
Proses belajar dan pembelajaran
akan menjadi wahana bagi perkembangan sosial peserta didik. Hal ini berarti
bahwa bimbingan sosial dapat berlangsung di dalam dan secara terpadu dengan proses
belajar dan pembelajaran. Ditinjau dari sudut pandangan bimbingan, proses belajar dan pembelajaran merupakan wahana begi
pengembangan keterampilan sosial, kesadaran saling bergantung, dan kemampuan
menerima serta mengikuti aturan kelompok.
Peran penting yang perlu
dimainkan guru dalam kaitannya dengan layanan bimbingan sosial ialah
mengembangkan atmosfir kelas yang kondusif. Atmosfir kelas yang kondusif bagi
perkembangan sosial ialah yang dapat menumbuhkan:
a. Rasa
turut memiliki kelompok, ditandai dengan identifikasi diri, loyalitas, dan
berorientasi pada pemenuhan kewajiban kelompok.
b.
Partisipasi kelompok, ditandai dengan kerjasama, bersikap membantu, dan
mengikuti aturan main.
c.
Penerimaan terhadap keragaman individual dan kelompok, serta menghargai
kelebihan orang lain.
Atmosfir kelas yang
kondusif dapat ditumbuhkan melalui pembelajaran kooperatif. Pembelajaran
kooperatif adalah pembelajaran yang bergantung kepada kelompok kerja kecil yang
mengkombinasikan:
a. Tujuan kelompok atau
dukungan tim
b. Tanggung jawab individual
c. Kesamaan kesempatan
untuk sukses
Pembelajaran kooperatif akan
menimbulkan terjadinya dukungan tim berupa bantuan teman sebaya di dalam
mempelajari tugas-tugas akademik. Bantuan teman sebaya akan melintasi hal-hal
akademis dan akan menumbuhkan ikatan sosial di dalam kelompok. Sebagai contoh,
seorang peserta didik yang pandai akan terdorong untuk membantu peserta didik
yang kurang pandai di dalam kelompoknya untuk menyelesaikan tugas kelompok
secara brsama-sama.
Sementara itu, tanggung jawab
individual tetap akan tumbuh karena setiap peserta didik dituntut untuk
mempelajari dan menguasai tugas-tugas pembelajaran secara sungguh-sungguh.
Dalam pembelajaran kooperatif ini guru harus meyakinkan pesrta didik bahwa
hasil kerjanya adalah hasil kerja kelompok. Oleh sebab itu setiap peserta didik
harus ambil bagian dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok. Tingkat tanggung
jawab individual tetap akan diukur melalui asesment tingkat penguasaan bahan
ajar.
Kesempatan untuk sukses akan
diperoleh setiap peserta didik dalam upaya memberikan kontribusi kepada
prestasi kelompok. Upaya semua peserta didik akan dihargai sesuai dengan
tingkat prestasi yang dicapainya dan penilaian diberikan atas dasar upaya yang
dilakukan.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil
pembahasan tentang perkembangan sosial anak dan konsep kemandirian anak SD,
penulis mencoba membuat kesimpulan sebagai berikut:
1. Perkembangan sosial merupakan
pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai
proses belajar untuk menyesuikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral, dan
tradisi; meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan
berkerja sama.
2. Melalui pergaulan atau hubungan
sosial, baik dengan orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya maupun
teman bermainnya, anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial,
diantaranya:(1) Pembangkangan (Negativisme); (2) Agresi (aggression); (3) Berselisih/bertengkar (quarreling); (4) Menggoda (teasing); (5) Persaingan (rivarly); (6) Kerjasama (cooperation); (7) Tingkah laku berkuasa (ascendant behavior); (8) Mementingkan
diri sendiri (selfishness); (9) Simpati (sympathy).
3. Hubungan
pertemanan ini di tandai dengan semakin terlibatnya anak dalam aktivitas atau
interaksi dengan teman sebaya.Ketika memasuki usia SD, anak lebih antusias dan
lebih banyak terlibat dalam aktivitas-aktivitas bermain yang bersifat
kooperatif (cooperative play).
Intensitas hubungan maupun waktu keterlibatannya mengalami peningkatan.
4. Identitas
pribadi seseorang terbentuk melalui perkembangan proses krisis psikososial. Setiap
individu akan dihadapkan pada krisis-krisis kehidupan dalam setiap fase perkembangannya.
Jika individu mampu mengatasi krisis-krisis yang dihadapinya, maka ia akan
memiliki kepribadian yang sehat atau terintegrasi dan kemampuan untuk menguasai
lingkungan. Sebaliknya, kalau seseorang gagal menyelesaikan krisis-krisis
tersebut, maka ia akan menjadi orang yang hanyut dalam arus kehidupan.
5. Implikasi
terhadap pembelajaran, yakni perlunya aktivitas-aktivitas pendidikan atau
pembelajaran baik di kelas maupun di luar kelas yang memberikan banyak
kesempatan kepada anak untuk berdialog diantara sesama mereka. Akan lebih baik
kalau sekolah menyediakan berbagai kegiatan yang terprogram dan terencana untuk
mereka sehingga aktivitas anak-anak dapat lebih terarahkan sesuai dengan yang
diharapkan.
B. Saran
Setelah
membaca makalah ini kami sebagai penyusun menyarankan dan mengharapkan terutama
kepada mahasiswa calon guru SD masa depan agar memberikan kesempatan kepada semua
siswanya untuk mengembangkan dan mengekspresikan emosinya secara wajar, dengan
disertai contoh konkrit dari gurunya dalam kehidupan sehari-hari, serta dapat
memahami dan memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh siswa untuk mengembangkan
bakat yang dimilikinya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. dan Asrori, M. (2005). Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Yusuf, LN. S. (2011). Psikologi Perkembangan Anak & Remaja.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Budiamin, A., Hafidz, D. dan Daim.
(2006). Perkembangan Peserta Didik.
Bandung: UPI Press.
Proyek Pendidikan Guru Sekolah
Dasar. (1998). Perkembangan dan Belajar
Peserta Didik. Jakarta: Depdikbud.
Susanto, Ahmad. (2011). Perkembanagn
Anak Usia Dini. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Bahar Djamarah, Syaiful. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
No comments :
Post a Comment