Tuesday, November 22, 2016

Sejarah Pendidikan Pada Zaman Yunani dan Romawi


Sejarah Pendidikan Pada Zaman Yunani dan Romawi
Sejarah Pendidikan Pada Zaman Yunani dan Romawi


PENDIDIKAN YUNANI DAN ROMAWI
Di Yunani terdapat dua pusat Kebudayaan, yaitu Sparta dan Athena. Penduduk Sparta disebut bangsa Doria, dan Athena disebut bangsa Ionia. Pada kedua Negara tersebut terdapat perbedaan-perbedaan dalam dasar, tujuan dan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.
  1. SPARTA
Pendidikan di Sparta didasarkan atas dua azas :
–  Anak adalah milik Negara.
– Tujuan pendidikan adalah membentuk serdadu-serdadu pembela negara serta warga negara.
Ciri-cirinya, pendidikan diselenggarakan oleh negara, bukan oleh Keluarga. Yang berhak mendapat pendidikan hanya warga negara Sparta yang merdeka saja. Anak-anak cacat dan lemah dibunuh atau dilemparkan Dario atas batu besar, di pegunungan Tygetos. anak-anak yang telah berumur 7 tahun dimasukkan kedalam asrama negara. Yang diutamakan adalah pendidikan jasmani.
Adapun pelaksanaan pendidikannya, Anak-anak dibiasakan menahan lapar, tidur diatas bantal rumput dan padsa musim dingin hanya memakai mantel biasa saja. Sifat-sifat yang harus dimiliki tentara,misalnya keberanian, ketangkasan, kekuatan, cinta tanah air, tunduk kepada disiplin, selalu mendapat perhatian. Sebaliknya, kesenian seperti mu7sik dan nyanyian diabaikan, semata-mata hanya dijadikan alat untuk mempengaruhi jiwa dalam melaksanakan dinas ketentaraan.
  1. ATHENA
Tujuan pendidikan Athena adalah membentuk warga negara dengan jalan pembentukan jasmani dan rohani yang harmonis (selaras). Ciri-cirinya, negara hanya mengawasi saja, yang berhak mendidik adalah keluarga dan sekolah. Semua anak-anak dari warga negara yang bebas mengunjungi sekolah. Mata pelajran terbagi atas bagian gymnastic (Jasmani) dan bagian muzis (Rohani). Pendidikan jasmani diberikan di Palestra, dan tempat gulat di Gymnasia. Latihan utama adalah berjalan, gulat, lempar cakram, melompat, lempar lembing. Pembentukan muzis meliputi, membaca, menulis, berhitung, nyanyian dan music, kelak akan dipelajarinya “Artes Liberales” atau seni bebas, terdiri dari :
–  Trivium (3 ajaran) : Gramnatica, Retorica (pidato) dan dialektika yaitu ilmu mengenai cara berfikir secara logis dan bertukar pikiran secara ilmiah.
– Quadrivium (4 ajaran) : Arithmatica (berhitung), Astronomia (ilmu bintang), Geometria (ilmu bumi alam dan falak) & Musica.
Membaca diberikan dengan metode mengejak (sintetis murni) menulis dilakukan  pada batu tulis yang dibuat dari lilin.
Pendidikan warganegara sangat dipentingkan di Yunani, terutama di Sparta. Segala kepentingan negara diletakkan di atas kepentingan individu. Dan kemudian muncul keinginan untuk mendapat Kebebasan, terutama kaum Sofist. Kaum sofist tidak mengakui kebenaran mutlak dan berlaku umum. Pendapat mereka “manusia ialah ukuran segala-galanya, manusia sendiri yang menentukan mana yang baik mana yang buruk”. Pendirian ini bersifat antroposentris. Suatu disebut benar juka itu menimbulkan keuntungan atau kemenangan. Benar sekarang belum tentu benar nanti, benar bagi si A belum tentu benar bagi si B (relatif). Kaum sofist yang terkenal diantaranya Goergias, Protagora, Pipias.
Akibat dari ajaran sofisme ini ialah turunnya nilai-nilai kebudayaan, merosotnya niali-nilai kejiwaan, pembentukan yang harmonis antara jiwa dan raga dikesampingkan. Orang mencari pengetahuan dengan tujuan untuk mencapai kesenangan kebendaan semata (intelektual materialistis).
Kepentingan negara harus tunduk pada kepentingan perseorangan. Pembentukan kecerdasan lebih penting dari pendidikan agama dan susila.
AHLI-AHLI PENDIDIK YUNANI
  1. Phytagoras (580-500 SM)
Tujuan pendidikanya adalah untuk membentuk manusia susila-agama.
Dasarnya adalah:
  1. Hanya jiwa yang berjasa, bukan jasad.
  2. Jiwa berasal dari tuhan yang kekal sifatnya
  3. Sejak kecil manusia cenderung untuk berbuat jahat
  4. Kesempurnaan adalah kebajikan
Pelaksanaanya: Dia mendirikansebuah gabungan yang disebut gabungan kaum Phytagoras terdiri dari anggota-anggota yang tinggal bersama-sama dengan mentaati aturan-aturan tata tertib tertentu.
  1. Socrates (469-399 SM)
Cita-citanya
  1. Ia berpendapat, bahwa bukan manusia melainkan tuhan yang menjadi ukuran sesuatu.
  2. Berlawanan dengan Phytagoras, Socrates percaya bahwa manusia mempunyai pembawaan untuk berbuat baik.
  3. Socrates berpendapat, ilmu adalah sumber dari kebajikan.
Pelaksanaanya
  1. Dimana saja, di jalan-jalan, di taman-taman diberikanya ajaran kepada rakyat dengan jalan percakapan (dialog).
  2. Dengan jalan induksi, dibawanyalah mereka kepada ilmu yang sebenarnya.
Oleh kaum Sofist, Socrates difitnah telah merusak akhlak pemuda, dituduh mengajarkan dewa-dewa baru dan membelakangi dewa-dewa resmi. Hakim menjatuhi hukuman minum racun kepadanya, bila tidak menarik ajaranya. Tetapi ia lebih memilih minum racun sampai mati daripada mengingkari pendirianya.
  1. Plato (427-347 SM)
Plato adalah seorang bangsawan dan murid Socrates. Ia adalah pengarang pertama di Yunani, yang telah menyusun suatu sistem pendidikan yang lengkap, dan merupakan bagian dari pengajaran ketatanegaraanya.
Cita-cita pendidikanya
  1. Bagi Plato tujuan pendidikan itu adalah membentuk warga negara secara teoritis dan praktis. Plato berbendapat, bahwa kesukaran-kesukaran politis dapat diatasi apabila ada keadilan.
  2. Plato membagi manusia menurut kemampuanya masing-masing
1)   Manusia akal, yang menggunakan akalnya dengan bijaksana.
2)   Manusia kehendak, yang memiliki sifat-sifat keberanian, sedia melaksanakan kehendak dan perintah atasanya.
3)   Manusia hasrat, yang banyak keinginanya.
  1. Pendidikan adalah alat untuk:
1)      Memperoleh bahan manusia yang tepat.
2)      Mengisi ketiga tingkatan sosial.
Pengajaranya
  1. Harus mematuhi kebutuhan-kebutuhan warga negara yang sudah maju.
  2. Harus sesuai dengan tugas-tugas setiap manusia untuk berbuat kebajikan.
Yang diajarkanya adalah olehraga, seni musik, matematika dan dialektika.
  1. Aristoteles
Aristoteles dilahirkan di Stagira pada tahun 384 sebelum masehi, ia berguru pada Plato di Athena selama 20 tahun. Sepeninggal Plato, ia mendirikan sekolah di Assus, Asia kecil dan kemudian ia kembali lagi ke Athena. Bukunya yang terpenting mengenai cita-cita pendidikanya ialah “Politicia” dan “Anima” mengenai ilmu jiwanya.
Cita-citanya
Aristoteles berpendapat, bahwa kebijakan itu diperoleh dengan jalan alam, pembiasaan dan pembukaan akal. Dalam pada itu pendidikan harus mengenal pembawaan dan kecenderungan anak, supaya ia mendapat bimbingan dengan sebaik-baiknya. Menurut Aristoteles sumber pengetahuan adalah pengalaman, pengamatan dengan alat indera yang menghasilkan bahan untuk berfikir. Aritoteles adalah bapak ajaran daya, yang memberi jiwa dua daya pokok, yakni daya mengenal dan daya kehendak.

PENDIDIKAN ROMAWI
Bila dibandingkan dengan pendidikannya di Yunani, maka pendidikan di Romawi tampaknya lebih sederhana, dan lebih disesuaikan dengan kebutuhan negara. Roma yang pada mulanya adalah negara petani, megalami dua masa, yang masing-masing berbeda tujuan dan alat-alat pendidikannya.
Masa ke I
Pada masa ke 1 tampak adanya usaha-usaha orang Romawi untuk memperluas daerahnya. Maka tidak heran kalau tujuan pendidikannya adalah membentuk manusia yang selalu siap sedia berkorban membela kepentingan tanah airnya. Diutamakan benar-benar pembentukan warga negara yang cakap sebagai tentara. Pada masa itu sekolah hampir todak ada. Pendidikan tidak menjadi tugas negara, tetapi diselenggarakan oleh keluarga dan merupakan pendidikan bangsawan, bukan pendidikan rakyat. Sedangkan belajar membaca, menulis, berhitung dilakukan di rumah. Yang dipentingkan hanya pendidikan jasmani dan pendidikan kesusilaan.
Masa ke II
Setelah Roma menjadi kemaharajaan, pemuda-pemuda Roma mendapat pendidikan pada universitas-universitas Yunani. Dan ketika kembali mereka membawa Hellenisme. Maka terjadi perubahan pola-pola kebudayaan. Pertanian, hubungan pergaulan hidup berubah, kepercayaan lama tak berlaku lagi, hukum-hukum lama dipandang tidak sesuai lagi. Pendidikan kehilangan praktisnya dan rakyat Roma kini berpedoman pada filsafah. Maka timbullah dua aliran filsafah yang besar sekali pengaruhnya terhadap pendidikan di Roma.
Aliran filsafat Epicurisme
Menurut Epicuros, rasa suka akan dimiliki, bila hidup sesuai dengan alam manusia. Rasa suka dianggapnya sebagai filsafat utama, yang selalu kita miliki. Sebaliknya, rasa duka adalah yang terburuk, yang harus dihindarkan. Karena dunia ini penuh dengan kedukaan, haruslah kita memiliki sifat khali (sunyi, sendirian, bebas) agar dapat mengecap hikmat hidup yang sesempurna-sempurnanya, yakni:ataraxie, kesepian jiwa atau ketenangan hidup.
Aliran filsafat Stoa
Menurut aliran ini, kebajikan adalah satu-satunya nilai tertinggi yang harus dimiliki. Kebajikan adalah kebahagiaan. Memiliki kabajikan itu Cuma dapat terjadi, bila manusia hidup sesuai dengan alam. Alam itu dikuasai oleh “budi Illahi”. Dan karena manusia merupakan bagian daripada alam, maka terkandunglah di dalamnya sebagian daripada “budi Illahi” itu. Jadi tidaklah ada perbedaan anatara alam dengan Tuhan. Alam adalah Tuhan dan Tuhan adalah alam. Inilah yang disebut Pantheisme. Hidup sesuai dengan alam sama saja dengan hidup sebagai manusia berakal dan berbudi.
Bagi kaum Stoa semua manusia itu sama. Tidak dikenalnya, perbedaan antara bangsa Roma dengan bangsa Barbar, antara orang merdeka dengan budak-budak berlian. Karena kedua aliran filsafat tersebut, terutama karena aliran Stoa, berubahlah cita-cita Romawi lama yaitu kebajikan kepahlawanan diganti dengan kebajikan kemanusiaan.
Aliran filsafat Quintilianus (42-117)
Lahirnya di Spanyol. Jasa Quintilianus terutama tampak pada pekerjaannya sebagai pendidik. Buku karangnyya yang terkenal ialah Institutio Oratoria (Pendidikan kearah ahli pidato). Dia berpendapat bahwa dari khuluk manusia itu tidak dapat kita harapkan hal-hal yang bukan-bukan. Jika kelak si anak memperlihatkan catatan-catatannya, maka hal itu akibat dari pendidikan yang salah (sama dengan Rousseau).
Cita-citanya:
  1. Pendidikan itu harus mulai diberikan selekas-lekasnya. Hendaknya dicari seorang pembantu yang berkelakuan baik dan berilmu. Budi bahasanya harus dapat dijadikan contoh. Kesan-kesan pertama-pertama yang diterima oleh anak, berpengaruh besar sekali bagi perkembangan selanjutnya.
  2. Kelak anak itu harus bersekolah, sebab:
    1. Di sana ia merasa jauh lebih bebas,
    2. Dapat belajar banyak dari teman-temannya,
    3. Ada suasana bersaing yang sehat.
    4. Janganlah membenntuk kelas-kelas yang terlalu besar, agar pembawaan seseorang dapat diketemukan dan dikembangkan.
    5. Segala sesuatu hendaknya berjalan tidak terlalu cepat.
    6. Pelajaran hendaknya diberikan dengan diselingi permainan, agar guru dapat mengenall tabiat anak-anak.
    7. Gaya bahasa harus menarik perhatian anak-anak.
    8. Jangan menggunakan siasat yang terlalu keras. Jangan banyak terlalu memuji atau mencela. Juga tidakboleh memberikan hukuman jasmani.
    9. Pada pelajaran membaca digunakan huruf-huruf dari gading gajah.
    10. Pelajaran menulis diberikan dengan menyuruh anak-anak meniru huruf-huruf yang telah dipahat dimeja. Kelak mereka menyalin pelajaran-pelajaran yang mengandung pendidikan budi pekerti.
    11. Pada mengarang anak-anak diharuskan mempergunakan bahasa yang dipakainya sehari-hari. Pokok-pokok pertama merupakan hal yang pernah dipahami.
    12. Daya ingatan harus dilatih baik-baik. Tiap hari anak-anak diharuskan menghafal sesuatu.

Sumber :
Kasmadi, Hartono. 2003. Buku Ajar Sejarah Pendidikan. Unes
Djumhur dan Danasuparta. 1976. Seajarah Pendidikan. Bandung : CV Ilmu Bandung
https://historia1991.wordpress.com/2012/07/11/sejarah-pendidikan-romawi-dan-yunani/


Makalah Sejarah Pendidikan Mesir Purba dan India

Makalah Sejarah Pendidikan Mesir Purba dan India
Makalah Sejarah Pendidikan Mesir Purba dan India
KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT, Maka tugas Sejarah dan Sistem Pendidikan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tujuan penulisan tugas ini adalah guna membantu kelancaran pembelajaran  khususnya untuk  Mata Kuliah Sejarah  dan Sistem Pendidikan di Jurusan PGSD Universitas Muria Kudus.  Dalam tugas Sejarah dan Sistem Pendidikan  ini memuat materi tentang  Sejarah dan Sistem pendidikan di Mesir Purba dan India.
Penulis mengakui masih banyak kekurangan disana-sini dalam penulisan tugas ini. Masih banyak yang harus diperbaiki dan disempurnakan lagi. Untuk itu, penulis tetap mengharapkan beragam saran, masukan, maupun kritik yang membangun  dari para pembaca.  Demikian harapan dari penulis, semoga karya ini bermanfaat bagi para pembaca,  khususnya mahasiswa yang mengikuti mata kuliah Sejarah dan Sistem Pendidikan . Demi kelancaran dan terlaksananya proses pembelajaran yang lebih baik.







Kudus, 1 Oktober  2016


Tim Penyusun





DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 1
DAFTAR ISI............................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 3
A.    Latar Belakang................................................................................................................. 3
B.     Rumusan Masalah............................................................................................................ 3
C.     Tujuan.............................................................................................................................. 3
D.    Manfaat............................................................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................................ 4
A.    Mesir Purba...................................................................................................................... 4
B.     India Purba....................................................................................................................... 5
BAB III PENUTUP.................................................................................................................... 8
A.    Kesimpulan...................................................................................................................... 8

Daftar Pustaka............................................................................................................................. 9









BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang

Mesir Purba telah mengenal peradaban tinggi tanahnya didiami oleh rakyat yang cerdas dan tahu akan harga diri. Penduduk terdiri atas beberapa golongan yang mempunyai tugas sendiri-sendiri.kasta yang paling berkuasa adalah kasta pendeta.
Agamanya Polytheisme (memuja banyak dewa) terutama dewa RA(dewa matahari), dipujanya juga Osiris (hakim yang mengadili orang-orang mati) serta istrinya yang bernama Isis.
            Tulisanya yang terkenal dengan nama Hieroglyph ( artinya tulisan suci), sampai sekarang masih disimpan banyak orang.Pada tahun 31 sebelum masehi Mesir menjadi suatu bagian dari negara Romawi .

Rakyat India terbagi dalam 4 kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Bagi orang India ilmu adalah alat untuk mencari kesempurnaan mistik. Mistik adalah penyepian batin dari kenyataan dengan tujuan manunggal dengan Tuhan.
Kasta brahmana terdiri dari kaum pendeta. Kasta ksatria adalah kaum bangsawan, prajurit, mereka menerima pengajaran dalam membaca, menulis, berhitung, dan ilmu siasat berperang. Kasta waisya terdiri dari para tukang, pedagang, peladang, dan sebagainya.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana keadaan pendidikan pada zaman Mesir Purba dan India ?

C.     Tujuan
1.         Untuk memenuhi tugas sejarah dan sistem pendidikan.
2.         Untuk mengetahui sejarah dan sistem pendidikan pada zaman Mesir Purba dan India.

D.    Manfaat
Manfaat makalah ini adalah agar kita lebih mengetahui dan memahami tentang sejarah dan sistem pendidikan pada zaman Mesir Purba dan India.



BAB II
PEMBAHASAN
A.    MESIR PURBA.
Mesir purba telah mengenal peradaban yang tinggi. Tanahnya didiami oleh rakyat yang cerdas dan tahu akan harga diri. Penduduknya terdiri dari beberapa golongan yang masing-masing mempunyai tugas hidup sendiri-sendiri (pembagian kasta). Kasta yang paling berkuasa ialah kasta pendeta. Pada tahun 31 SM Mesir menjadi suatu bagian dari negara Romawi.
Agamanya adalah polytheisme (menyembah banyak dewa). Dewanya yang terutama adalah Ra (matahari), dipuja sebagai sumber dari segala kehidupan. Osiris juga dipuja sebagai hakim yang mengadili orang-orang mati, serta istrinya yang bernama Isis. Tulisannya terkenal dengan nama hieroglyph (artinya adalah tulisan suci), sampai sekarang masih banyak disimpan orang. Tulisan itu biasanya dipahatkan pada batu atau kadang-kadang dituliskan pada daun-daun papyrus. 

Ciri-cirinya:
1.  sumber pengetahuan ialah kumpulan-kumpulan nyanyian pujaan pada dewa-dewa;
2.  yang menyelenggarakan pendidikan adalah kasta pendeta. Hanya para pendeta dan
     prajurit yang dapat menikmati pendidikan.
3. Tujuan pendidikan pada masa itu adalah bersifat susila-keagamaan.Semua aktivitas      manusia akhirnya bermaksud berbakti kepada dewa-dewa.

Bahan-Bahan
Pelajaran yang diutamakan di Mesir pada masa klasik adalah membaca, menulis, berhitung, bahasa, ilmu ukur tanah, ilmu alam, ilmu binatang, bergulat, bersenam, danmusik. Buku sumber yang digunakan adalah buku-buku hermetis, yaitu buku suci yang jumlahnya 42 buah yang berasal dari dewa Toth (Yunani: Hermes).
            Kesatuan Rumah-seti
Pusat pendidikan disebut sekolah-sekolah kuil dan merupakan pusat-pusat kuliah yang teratur. Seluruh organisasi kuil disebut kesatuan rumah Seti, yang di dalamnya
terdapat pula perpustakaan, asrama, dan sekolah rendah (untuk anak warga negara bebas).
-          Perpusatakan yang mempunyai beribu-ribu gulungan papilus. Didekatnya terdapat pabrik papilus.
-          Asrama bagi para pelajar, sebagian besar terdiri dari pendeta-pendeta.
-          Asrama bagi para pelajar.
-          Sekolah-sekolah terbuka bagi anak bagi negara bebas.



B.     INDIA PURBA
Rakyat India terbagi dalam 4 kasta, yaitu Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra. Bagi orang India ilmu adalah alat untuk mencari kesempurnaan mistik. Mistik adalah penyepian batin dari kenyataan dengan tujuan manunggal dengan Tuhan.
Kasta brahmana terdiri dari kaum pendeta. Kasta ksatria adalah kaum bangsawan,
prajurit, mereka menerima pengajaran dalam membaca, menulis, berhitung, dan ilmu siasat berperang. Kasta waisya terdiri dari para tukang, pedagang, peladang, dan sebagainya.
Kasta waisya mendapatkan pengetahuan dan pengajaran dalam bidang pertanian. Kasta paling rendah atau kasta sudra dianggap sebagai manusia yang hina, yang hanya dapat melakukan pekerjaan budak, sehingga mereka tidak berhak mendapat pengajaran.

Ciri-cirinya.
1.  pendidikan agama diutamakan. Dasar pendidikannya adalah kitab veda
    (kitab suci orang India).
2.  kasta brahmana menjadi penyelenggara dari pendidikan. Mereka menguasai hidup             dan hanya kasta ini yang mempunyai pengetahuan.
3.  tujuan pendidikan adalah untuk mencapai kebahagiaan serta kesempurnaan mistik
dengan ilmu pengetahuan sebagai alatnya.
4.  pendidikan untuk kaum perempuan tidak diperhatikan, kecuali untuk  calon-calon      penari kuil.

Penyelenggarannya
Pelaksanaan pendidikan diawali dengan pemberian munya (kalung suci), yaitu seutas tali yang digantungkan dari bahu kiri ke pinggang kanan. Munya sebagai tanda
penerimaan dalam lingkungan keagamaan. Upacara ini disebut upacara upanayana
(udayana). Pemberian munya pada anak brahmana saat berumur 8 tahun, sedang untuk anak ksatria pada usia 11 tahun, dan bagi anak waisya saat berusia 12 tahun.
Selama penyelenggaraan pendidikan, murid-murid tinggal bersama dengan gurunya,
hidup sederhana dan bekerja keras membantu keluarga gurunya. Sistem ini disebut sistem  guru-kula (kula:murid), atau pendidikan asrama. Guru dan istrinya dianggap sebagai orangtua oleh para murid. Sistem guru kula masih tetap dipertahankan sampai masa India modern  di samping sistem pendidikan yang lain (klasikal), terutama sekali karena pengaruh Rabindranath Tagore. Ia adalah seorang tokoh pendidikan di India yang terkenal. Tokoh lain yang besar pengaruhnya bagi pendidikan agama Islam di India adalah Sayyid Ahmad Khan.

Riwayat  Hidup Rabindranath Tagore(1861-1941)
Lahir di Calcutta tanggal 7 Mei 1861. Dikirim untuk belajar di Inggris pada tahun 1877 untuk belajar ilmu kehakiman. Tahun 1886 ia menikah dan gemar menjalani hidup secara pendeta. Pada tahun 1900 mendirikan Shanti Niketan (panti  perdamaian). Tahun 1913 ia mulai mengadakan perjalanan mengelilingi dunia. Tagore adalah seorang pembaharu sosial, pendidik, pujangga, ahli musik dan ahli filsafat yang berusaha memperjuangkan kemajuan bangsanya dan memperjuangkan tercapainya perdamaian dunia. Hasil karyanya di bidang kesusastraan yang terkenal adalah Gitanjali (1913), dan merebut hadiah nobel bagi kesusastraan. Tahun 1915 mendapat gelar Doktor honoris causa dalam bidang kesusastraan dari universitas Calcutta dan tahun 1941 dari universitas  Oxford. Pada tahun 1927 ia mengunjungi Jawa dan Bali, juga mengunjungi Taman Siswa.
Tagore meninggal pada usia 80 tahun di Santi Nikethan pada tahun 1941. Bukunya yang terkenal adalah  the Hope and Despair of Bengalie  (1878), isinya adalah bahwa antara Timur dan Barat harus ada kerjasama.

Cita-cita hidupnya adalah:
a.  pembaharuan kebudayaan India lama dengan menggabungkan antara idealisme Timur dan realisme Barat. Tapi tetap dengan pedoman bahwa India harus tetap memiliki sifat-sifatnya yang asli;
b.  persaudaraan sedunia tanpa mengenal perbedaan kasta, kulit, bangsa, dan agama;
c.  pembaharuan di lapangan sosial, memajukan rakyat dengan pendidikan rakyat, sehingga setiap desa menjadi suatu Sriniketan (panti kemakmuran).

Dalam bidang pendidikan dan pengajaran:
a.  murid belajar dengan melakukan (mencoba sendiri), dengan kegiatan musik dan tari, dengan hidup dan bekerja di alam bebas;
b.  agama menjadi dasar sistem pendidikan asrama (sistem guru-kula);
c.  kehidupan di sekolah harus otonom, yang berhak mengatur dan memerintah sendiri (self government).

Lembaga pendidikan yang berhasil ia dirikan:
1.      Shantiniketan (panti perdamaian) tahun 1901 di Bolpur (159 km dari Calcutta).
2.      Sriniketan (panti kemakmuran).
3.      Sekolah pertanian dan perkebunan, tahun 1913.
4.      Universitas Visva Bharati (Visva:  dunia, Bharati: India), tahun 1921.
Semboyannya  jatra visvan bharati ekanidan: seluruh dunia berkumpul pada satu tempat, ia menghendaki universitasnya menjadi pusat kebudayaan dunia.
Fakultas-fakultasnya meliputi:
a.  fakultas kala bhavana (fakultas kesenian);
b.  fakultas sangit bhavana (fakultas musik);
c.  fakultas hindi bhavana (fakultas sastra dan kebudayaan Hindu).

Pengaruh Tagore cukup besar di tingkat dunia atas usahanya memperkenalkan dan
mengangkat kebudayaan Timur. Moh. Syafei dan Ki Hadjar Dewantara termasuk di
antaranya yang terpengaruh juga prinsip pendidikan dari Tagore.

Riwayat  Hidup Sayyid Ahmad Khan (1817-1896)
lahir di Delhi pada tahun 1817. Ia mendapatkan pendidikan dan pengajaran termasuk membaca Al Qur’an di rumahnya  sendiri. Ia adalah tokoh pendidikan yang besar di India, pendiri Universitas Islam di India (Aligarch College, 1875). Pada tahun 1889 mendapat gelar doktor honoris causa dalam ilmu hukum dari Universitas Edenburgh, dan meninggal dunia pada tahun 1899.
Cita-citanya adalah mewujudkan masyarakat Islam yang modern dengan mengambil Turki sebagai contoh. Semboyannya adalah “tolonglah dirimu sendiri, hanya dengan demikian engkau dapat maju”.

Beberapa usahanya di bidang pendidikan antara lain:
a.  mendirikan Alifarch  College (universitas Islam), yang bertujuan: menciptakan
pemimpin-pemimpin dan sarjana-sarjana muslim yang sanggup mewujudkan
masyarakat Islam yang modern. Universitas dibagi menjadi 2 bagian, yaitu: bagian
Inggris dan Timur. Seluruh mahasiswa diwajibkan  mempelajari agama Islam. Orang
Hidu dan Kristen juga diterima menjadi mahasiswa;
b.  pada tahun 1875 mendirikan Mohammadan Educational Conference, konferensi ini diadakan setiap tahun sekali;
c.  tahun 1888 mendirikan organisasi Patriotic Association, yang bertujuan mengimbangi usaha-usaha kongres India yang makin mengutamakan kepentingan-kepentingan golongan Hindu saja.




















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Kesimpulannya Mesir purba telah mengenal peradaban dan kebudayaan tinggi. Ini terbukti dengan telah dikenalnya tulisan dengan huruf heiroglyph (tulisan suci), telah kenal kalender (penanggalan) dengan pembagian 12 bulan tiap tahun, telah mengenal irigasi dan sebagainya.

Tujuan pendidikan agar manusia berbuat susila sesuai dengan ajaran agama. Materi pelajaran yang diberikan ialah membaca, menulis, berhitung, bahasa dan ilmu mengukur tanah serta astronomi. Meski telah memiliki pusat-pusat pendidikan yakni di kuil-kuil (piramide) yang di dalamnya terdapat perpustakaan dan asrama bagi para guru dan murid-muridnya. Sedangkan India purba secara ketat/tegas India membagi masyarakat dengan kasta/tingkatan. Dalam kehidupan agama Hindu di India terkenal ada 4 kasta, yaitu; 1) kasta Brahmana, 2) kasta Ksatria, 3) kasta Waisya, 4) kasta Sudra (Syudra).

Hidup di India bukan ditentukan oleh kepercayaan kepada dewa, tetapi ditentukan oleh tingkatan atau kasta tadi. Tujuan akhir hidup adalah mencapai Nirwana. Ciri-ciri pendidikan di India adalah :
1.      Pengajaran agama di nomor satukan.
2.      Pendidikan diselenggarakan oleh kasta Brahmana.













DAFTAR PUSTAKA

-          Dari Buku Fotokopiannya Pak Sabar, S.Pd M,Pd
-          File Download Materi Sejarah Pendidikan  Mesir Purba dan India https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=5&cad=rja&uact=8&ved=0ahUKEwjv1NzO0rjPAhXIRI8KHWY_C7EQFgg2MAQ&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsites%2Fdefault%2Ffiles%2Fpendidikan%2FDyah%2520Kumalasari%2C%2520SS.%2CM.Pd.%2FDIKTAT%2520sej.pend%2520I.pdf&usg=AFQjCNE2lGLdAQ2qt_gT4jDJOO2elqEYPA&sig2=pXKNerO1PJxMrZCZ4z1zyA&bvm=bv.134495766,d.c2I